Di dalam dunia
ini kita selalu dipertemukan dengan hal-hal yang saling berlawanan,
masing-masing mempunyai rank/jangkauan akibat yang sama. Dimana salah satunya
adalah penilaian manusia tentang sesuatu. Kebanyakan manusia menilai sesuatu
sesuai dengan bukti nyata yang bersifat objektif atau menimbulkan akibat yang
dapat dirasakan dan dicerna oleh akal atau yang bersifat rasional. Dimana penilaian
itu hanya terbagi menjadi dua hal yang bersifat umum yaitu positif dan negtif.
Positif dapat berarti hal-hal yang mencerminkan tentang nilai kebaikan, kebenaran
dan lain sebagainya, sedangkan negatif dapat berarti hal-hal yang mencerminkan
kebalikan dari positif seperti nilai keburukan, kesalahan, dan lain sebagainya.
Dasar dari penilaian
sesuatu tentang nilai kebenaran itu bermacam-macam diantaranya sesuatu itu
dianggap mempunyai nilai kebenaran jika merupakan kebiasaan contohnya saat kita
dibesarkan pada di lingkungan para pencuri dimana perbuatan pencurian dianggap
kebiasaan, ketika kita bersedekah maka perbuatan sedekah itu akan dianggap
perbuatan bodoh sedangkan mencuri itu merupakan tindakan yang baik. Selain itu
sesuatu itu dianggap benar jika ada bukti nyata yang menimbulkan akibat yang
baik sesuai dengan akal contohnya adalah penelitian-penelitian sains yang telah
dilakukan.
Setiap manusia
memiliki persepsi berbeda-beda tentang menilai suatu kebenaran. Sebagai contoh
Ketika seseorang berdebat, setiap kelompok pasti akan mempertahankan
pendapatnya dengan tujuan agar mendapat kepercayaan dari kelompok lawan atau
yang mendengar. Dimana kata kunci untuk memenangkan sebuah debat itu adalah menyebutkan
rank akibat atau saya sebut saja kondisi sebanyak-banyaknya. Mengapa demikian?
Karena penyebutan rank akibat atau kondisi yang lebih banyak dapat merubah
persepsi nilai kebenaran. Ketika saya mengajukan pertanyaan umum kepada anda
sebagai berikut “Apakah Menurut Anda Menolong Seseorang Itu Termasuk Tindakan
Baik?” Pastilah kebanyakan dari anda akan menjawab “Itu Tindakan baik”. Tetapi menurut
saya “itu merupakan tindakan buruk”. Mengapa saya menjawab demikian? Karena
saya akan menambahkan suatu rank akibat atau kondisi yaitu “Yang di tolong itu
adalah penjahat??” dan itu terbukti merubah persepsi nilai kebenaran anda. Itu
juga berlaku pada hal-hal yang akan dilakukan saat ini ketika kita dihadapkan
pada dua pilihan yang. Kita tidak mungkin tahu rank akibat atau kondisi yang
akan terjadi apabila kita memilih ya ataupun tidak sebelum kejadian itu terjadi,
kita hanya dapat membacanya dari pengalaman yang telah kita dapat sebelumnya atau
pengalaman orang lain. Contohnya ketika kita sudah lulus SMA memilih kuliah
atau bekerja, mana yang akan sukses? Mungkin masalah ini akan menjadi
perdebatan. Padahal masing-masing memiliki rank akibat yang sama. Saat kita
memilih kuliah kita akan menghabiskan uang tetapi kita memiliki ilmu yang lebih
dan saat kita memilih kerja kita akan mendapatkan uang, tetapi kita tidak
mendapatkan ilmu lebih dibandingkan dengan kuliah. Jadi yang mana yang akan
sukses? Kuliah atau kerja? Jawaban nya adalah sama. Kedua-duanya akan sukses
jika dijalani dengan ikhlas dan ikhtiar.
Selanjutnya
adalah penilaian kita tentang penilaian seseorang terhadap kita. Ketika
seseorang menilai kita, kita akan menilai penilaian seseorang seperti konsep
penilaian kita. Konsep penilaian kita ini di dapatkan dari pengalaman yang
telah kita alami selama ini. saat kita melakukan tindakan baik atau buruk terhadap
seseorang pasti orang itu akan menilai tindakan yang kita lakukan dimana kita juga
akan menilai penilaian orang lain sesuai dengan konsep penilaian kita tentang
tindakan baik atau buruk sehingga mempengaruhi tindakan yang akan kita lakukan
kemudian. Contohnya : ketika kita di besarkan oleh keluarga yang baik dan
lingkungan yang baik maka akan menanamkan konsep penilaian yang baik begitupun
sebaliknya. “Ketika kita berbuat baik kepada seseorang maka orang tersebut akan
menilai perbuatan kita, terdapat dua kemungkinan yaitu kalau orang yang kita berikan
kebaikan itu orang baik maka dia akan menilai perbuatan kita itu benar-benar
baik, tetapi kalau orang yang kita berikan kebaikan itu orang yang tidak baik
maka dia akan menilai perbuatan kita itu baik tetapi tidak sepenuhnya baik
karena mungkin ada kepentingan lain dibalik perbuatan baik kita. Tetapi itu
hanya kemungkinan, dan secara tidak langsung kita juga menilai penilaian
seseorang itu dan mempengaruhi perbuatan apa yang akan kita lakukan selanjutnya.
Jika kita orang baik kita akan melakukan kebaikan secara ikhlas tetapi jika
kita orang yang tidak baik maka kita akan selalu memilih kemungkinan yang kedua
dan kita akan memilih-milih orang yang akan kita berikan kebaikan dengan tujuan
pamrih.